Indonesia
Gamereactor
review serial
The Haunting of Hill House

The Haunting of Bly Manor (Netflix)

Para anggota keluarga Hill House tampaknya tidak bisa pergi dari hal-hal mistis.

HQ

Sekuel The Haunting of Hill House, serial horor yang dengan kepopuleran yang tidak disangka-sangka, akan bisa dinikmati melalui layanan streaming Netflix mulai tanggal 9 Oktober. Tetapi apakah ia sebagus seri sebelumnya? Tanpa banyak bicara lagi, juga tanpa banyak spoiler, inilah pendapat jujur kami.

Cerita Hill House berakhir dengan nyaris sempurna, sehingga rasanya seri kedua tidak terlalu diperlukan. Namun, walau The Haunting of Bly Manor memiliki sebagian judul dan cast yang sama, serta sama-sama dibuat oleh Mike Flanagan, Bly Manor bukanlah cerita kelanjutan seri sebelumnya. Dalam kata lain, Bly Manor memiliki kisah yang sama sekali baru dan tidak memiliki kesamaan selain faktor produksi terlepas ceritanya, sebagaimana yang disebutkan sebelumnya, menjadikan seri The Haunting of sebuah seri antologi alias kumpulan cerita. Tetapi, walau Bly Manor menjadi karya sendiri, tetap sulit untuk tidak membandingkan keduanya; mungkin justru lebih mudah untuk memperkenalkan dan mengulas seri baru ini melalui perbandingan dengan Hill House, terlebih bagi para penggemarnya.

Otak di balik serial ini, Mike Flanagan, merupakan sosok yang terkenal di genre horor. Hampir seluruh karyanya merupakan film ataupun serial horor. Ciri khas ini pun terlihat jelas di Bly Manor. Sebagaimana sebelumnya dibuktikan Hill House, Flanagan memiliki pengetahuan dalam mengenai trope atau unsur-unsur cerita, klise, dan tradisi klasik sekaligus cara terbaik untuk menggabungkan, memasukkan, dan bahkan mengembangkan mereka. Menghadirkan referensi sebagai penghormatan ke karya-karya klasik tanpa menjadikan sebuah karya baru garing dan membosankan memang sulit, tetapi perpaduan yang dipakai di Hill House hampir sempurna. Walau serinya secara sekilas mungkin terlihat seperti seri horor generik, gaya penceritaannya terasa inovatif. Sedangkan cara setiap episode disusun berfokus pada masing-masing anggota keluarga menjadikan pengalaman menontonnya terasa segar dan baru. Sayangnya, Bly Manor tidak terasa demikian. Klise-klise yang ada tidak ditelaah lebih jauh dan begitu kentara hingga kalau ada game "horror bingo", kita bisa menang mudah. Apa serinya berisi boneka yang hidup? Iya. Apa ada anak-anak yang seram? Yep. Apakah karakter utamanya akan memasuki ruangan yang jelas-jelas dilarang ia masuki? Iya lagi. Apakah dia mengenakan baju tidur berupa nightgown? Ya tentu saja lah! Daaan dapat bingo. Kadang-kadang sulit menahan hasrat berteriak ke layar saat menonton karakternya bertindak tidak masuk akal. Walau belum sampai tingkat Scary Movie, sudah mendekat ke arah sana.

Ini adalah iklan:
The Haunting of Hill House
Photo: IMDb

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, sebagian pemeran Hill House kembali berperan di sini, dan hasilnya umumnya lumayan baik. Seperti seri antologi lainnya, misalnya American Horror Story, kesimpulannya tentunya sebagian wajahnya sudah dikenal, menjadikan kita jauh lebih mudah berempat pada karakternya, bahkan yang tidak begitu disorot. Untunglah, karena tidak ada banyak perkembangan karakter. Bahkan sebagian besar karakter tetap tidak terlihat wajahnya hingga akhir. Serinya terdiri dari sembilan episode dan menggunakan kembali struktur Hill House, yang memberikan beberapa karakter episode tersendiri untuk menjelaskan riwayat mereka. Episode-episode khusus ini biasanya terdiri dari satu flashback yang dibagi-bagi lagi menjadi beberapa bagian dan disebarkan sepanjang 50 menit durasi tayang episodenya.
Sayangnya, konten satu episode, seberapa pun penuhnya, sulit menggantikan perkembangan karakter yang dibangun sepanjang seri. Hasilnya, kebanyakan karakter terasa bagaikan sekadar karikatur yang dangkal. Sangat sulit mendeskripsikan para tokoh ini selain dengan satu kata sifat dan profesi mereka: karakter yang dimainkan Rahul Kohli itu koki yang sopan, Victoria Pedretti memainkan pengasuh yang penuh trauma, T'Nia Miller memainkan pengurus rumah yang juga sopan, dst. Dst.

Dari sepuluh karakter utama, hanya beberapa karakter yang mendapat episode khusus mereka. Sisanya harus puas dengan dengan monolog yang dipaksakan sebagai kesempatan berbagi kisah trauma masa lalu mereka ke penonton untuk menjadi alasan kekurangan mereka. Terdengar dibuat-buat, dan memang begitu, terlebih lagi monolog-monolog itu pun tidak ditulis dengan cukup baik.

Jika seri sebelumnya berkisar tentang satu keluarga, kali ini ceritanya mengisahkan sekelompok tokoh yang tidak punya alasan untuk tetap bersama ataupun menyukai satu sama lain. Tapi entah mengapa (mungkin bagi beberapa orang, hanya agar serinya berjalan), mereka toh tetap tinggal bersama. Tambahkan beberapa keterikatan dan keputusan yang tidak logis, juga plot yang sangat dipaksakan, dan itulah resep untuk menulis The Haunting of Bly Manor. Salah satu contoh terbaik adalah saat ada dua karakter utama yang ujug-ujug jatuh cinta setelah menghabiskan total lima menit bersama di satu ruangan. Terasa agak janggal dan sangat dipaksakan.

Ini adalah iklan:

Aktingnya cukup baik, walau saya rasa kebanyakan pemainnya bisa mengurangi logat mereka yang dibuat-buat. Saya tidak mengerti mengapa aktor-aktor kompeten seperti Victoria Pedretti harus memaksakan logat valley girl, juga apakah memang ada kebutuhan bagi para pemeran (asal Amerika Serikat) yang kembali bermain di sini untuk meniru aksen Inggris.

The Haunting of Hill House
Photo: IMDb

Dari sisi positif, budgetnya memang terasa lebih besar dibandingkan seri sebelumnya, dan lensa kontak yang parah itu sudah diganti dengan CGI yang layak. Jadi setidaknya kita tahu bahwa dana yang disimpan karena tidak membayar pelatih logat digunakan dengan baik.

Tempo Bly Manor dimulai dengan lambat, perlahan naik, dan berakhir dengan nada yang diulur lagi. Halusnya, pacing-nya kurang bagus dan ada banyak waktu downtime tanpa ada yang terjadi. Sangat terasa bahwa season pertama ditulis dalam jangka waktu yang jauh lebih panjang, sedangkan penulisan season sekarang ini diburu-buru karena mengejar deadline. Cerita Hill House dipintal seteliti dan seelegan jaring laba-laba, dengan setiap benang saling terhubung sepanjang keseluruhan episode. Jaring yang dibangun Bly Manor menjadi terlihat kikuk dan payah jika dibandingkan. Narasinya jauh lebih tidak terstruktur dan plot twist "diskrit" yang coba diadakan sepanjang seri terasa canggung.

Kita sudah bisa menebak semua perkembangan dan twist yang ada bahkan dari beberapa episode sebelumnya, penanda storytelling alias cara penceritaan yang lemah. Pondasi yang dibutuhkan untuk plot twist yang elegan seharusnya disusun secara terencana dan hati-hati. Twistnya tidak akan terasa menghibur ataupun efektif jika ia bukan merupakan akumulasi yang dibangun perlahan. Menghilangkan dua puluh balok pondasi cerita dan melemparkan mereka ke wajah pemirsa di saat-saat terakhir membuatnya terasa dipaksakan. Untuk membuat plot twist yang layak, seharusnya penonton diberikan petunjuk jauh sebelum plot twistnya diungkap; ia juga memberikan makna baru ke semua yang sudah kita saksikan. Dalam kata lain, plot twist seharusnya menjadikan serinya layak ditonton ulang. Bly Manor melakukan sebaliknya; pengungkapan dan twist dalam cerita disajikan bertele-tele, mudah ditebak, tanpa makna penting, dan terasa sangat antiklimaks saat akhirnya terjadi.

Perbedaan kualitas antara Hill House dan Bly Manor dari segi ini terasa mirip dengan perbedaan antara naskah M. Night Shyamalan terdahulu dan sekarang. Kehalusan bercerita telah dilempar keluar jendela. Pesan moral diulang-ulang tiada hentinya untuk berjaga-jaga jikalau kita tidak mengerti di kali pertama. Semuanya berujung di episode terakhir, saat ceritanya memutuskan ia tidak mau lagi menjadi cerita horor dan berakhir sebagai dongeng yang saking romantisnya hingga membuat muak. Tapi patut diakui, inilah karya horor pertama yang pernah saya tonton yang memutuskan untuk memainkan lagu Sheryl Crow dan memberikan semua karakternya akhir yang bahagia atau mendekati bahagia sebisa mungkin; bukti bahwa orisinalitas bukanlah segalanya.

Tidak seperti Hill House, tidak setiap adegan di Bly Manor berisi hantu, sejauh yang bisa saya lihat, walau mungkin berisi boneka, jimat, atau referensi jenis Easter egg lainnya yang saya lewatkan. Terlepas dari itu, Bly Manor terasa jauh lebih kasar dan berantakan dibandingkan seri sebelumnya; juga terasa cukup kelas bahwa cerita utama yang ingin Flanagan ceritakan sudah dikisahkan di tahun 2018 lalu. Walau saya merekomendasikan The Haunting of Hill House ke semua penggemar horor yang saya kenal, saya tidak akan melakukannya untuk The Haunting of Bly Manor. Bukan karena kualitasnya hancur, tapi karena ia sangat-sangat biasa saja.

The Haunting of Hill House
Photo: IMDb
The Haunting of Hill HouseThe Haunting of Hill House
Photo: IMDb
06 Gamereactor Indonesia
6 / 10
+
Menawarkan kelanjutan dari cerita sebelumnya dan mengokohkan :The Haunting of" menjadi sebuah serial antologi yang potensial.
-
Tidak terpoles dan terstruktur dengan baik, dan jujur saja agak mengecewakan.
overall score
ini adalah skor dari jaringan kami. Bagaimana dengan kamu? Skor jaringan adalah rata-rata dari skor setiap negara

Teks terkait



Loading next content